Case Report Sinusitis Stase THT KOAS (Laporan Kasus Sinusitis)

BAB  I
I.                   Anamnesis
IDENTITAS
     Nama                                  : Tn. N
     Umur                                  : 25 Tahun
     Jenis Kelamin                     : Laki-laki
     Alamat                                : jl. Kemiling
     Pekerjaan                            : Swasta
     Agama                                : Islam
     Suku                                   : Lampung

II.                Keluhan
A.    Keluhan utama
Penciuman berbau busuk pada hidung sebelah kanan
B.     Keluhan tambahan
Nyeri pada pipi sampai depan telinga
III.             Riwayat
A.    Riwayat Penyakit Sekarang
1 tahun yang lalu pasien mengaku mulai mencium  bau busuk dari hidung sebelah kanan. Batuk, pilek, pusing, bersin-bersin, demam, lendir yang turun dari tenggorok, nyeri pada pipi, kening dan belakang mata disangkal
6 bulan yang lalu  pasien mengalami flu berat  disertai demam. Flu berlangsung lebih dari 1 minggu. Ingus yang keluar berwarna bening kadang bercampur kehijauan dan kental serta tidak ada darah. Mulai dirasa ingus tertelan lewat tenggorok. Tenggorok dirasa sakit dan sakit menelan. Nyeri pipi sebelah kanan dirasa menjalar sampai ke depan telinga. Telinga kanan juga dirasa penuh dan berdengung. Pasien merasa sakit pada pipi dan kepala terutama saat sujud. Bau busuk yang tercium dari hidung sebelah kanan belum membaik
1 bulan yang lalu pasien kembali mengalami flu, keluar ingus kental berwarna hijau, berbau busuk dari hidung sebelah kanan, nyeri pipi yang menjalar hingga telinga makin sering dirasa
1 minggu yang lalu pasien berobat ke RS.PBA dengan keluhan hidung sebelah kanannya yang terus mencium bau busuk. Kemudian pasien diminta untuk menjalani foto sinus

B.     Riwayat Penyakit Dahulu
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, Os juga tidak alergi terhadap debu ataupun udara dingin

C.    Riwayat Penyakit Keluarga
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, Os juga tidak alergi terhadap debu ataupun udara dingin

D.    Riwayat Kebiasaan
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, Os juga tidak alergi terhadap debu ataupun udara dingin

E.     Riwayat Alergi
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, Os juga tidak alergi terhadap debu ataupun udara dingin

F.     Riwayat Pengobatan
1 tahun yang lalu Os berobat ke dokter untuk keluhan penciuman yanng berbau busuk, Os dinyatakan mengalami sinusitis, saat itu dokter menyarankan untuk operasi namun saat itu Os menolak

IV.             Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
      Keadaan umum           : Baik
      Kesadaran                   : Compos Mentis
Tanda Vital
      Tekanan Darah            : 120/80 mmHg
      Frekuensi nadi             : 86x/menit
      Frekuensi nafas           : 20x/menit
      Suhu                            : 36,3 C
Kepala                               : Normochepali
Leher                                 : Tidak ada pembesaran KGB
Thoraks, Abdomen, Extremitas :  DBN
V.                Status Lokalis Telinga, Hidung, Tenggorok
Pemeriksaan telinga
TELINGA
Kanan
Kiri
Bentuk Telinga Luar
Normotia
Normotia
Daun Telinga
Normal
Normal
Retroaurikular
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Nyeri tekan tragus
(-)
(-)
LIANG TELINGA
Kanan
Kiri
Warna liang
Merah muda
Merah muda
Sekret
(-)
(-)
Serumen
(-)
(+)

Membran Timpani
Kanan
Kiri
Bentuk
Intak
Intak
Warna
Putih
Putih
Refleks Cahaya
Positif di jam 5
Positif di jam 7
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Kelainan Lain
(-)
(-)

Uji Pendengaran
Kanan
Kiri
Tes berbisik
6/6
6/6
Rinne
(+)
(+)
Weber
Tidak ada latelarisasi
Tidak ada latelarisasi
Swabach
Sama dengan pemeriksa
Sama dengan pemeriksa




Pemeriksaan Hidung
Hidung
Kanan
Kiri
Bentuk Hidung Luar
Normal
Normal
Deformitas
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan :
*Dahi
*Pipi
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Krepitasi
Tidak ada
Tidak ada
Rhinoskopi Anterior
Kanan
Kiri
Vestibulum
Tenang
Tenang
Cavum Nasi
Lapang
Lapang
Mukosa
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Konka Inferior
Eutrofi, hiperemis (-)
Eutrofi, hiperemis (-)
Konka Media
Eutrofi, hiperemis (-)
Eutrofi, hiperemis (-)
Konka Superior
Tidak Terlihat
Tidak Terlihat
Meatus Nasi
Normal
Normal
Sekret
Tidak ada
Tidak ada
Septum Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
Massa
Tidak ada
Tidak ada
Kelainan Lain
Tidak ada
Tidak ada


Rhinoskopi Posterior
Kanan
Kiri
Choana
Normal
Normal
Mukosa
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Muara Tuba Eustachius
Sulit Dinilai
Sulit Dinilai
Massa
Tidak Ada
Tidak Ada

Transiluminasi
Sinus
Kanan
Kiri
Sinus Frontalis
Terang
Terang
Sinus Etmoidalis
Terang
Terang
Sinus Sphenoidalis
Terang
Terang
Sinus Maxillaris
Redup
Terang


a.      Pemeriksaan Tenggorok
Mulut :
Trismus                            : (-)
Gigi berlubang                 : ada, Molar 1 kanan atas
Oral Hygiene                   : baik
Faring :
Mukosa                            : merah muda
Dinding Faring                : normal
Uvula                               : di tengah
Arkus Faring                    : simetris
b.      Diagnosa
Sinusitis Dentogen Sinus Maksilaris
Dasar : penciuman berbau busuk sebelah kanan, nyeri pada pipi sebelah kanan menjalar hingga ke depan hidung, ingus tertelan lewat tenggorok dan gigi molar 1 berlubang

c.       DIAGNOSIS BANDING
1.      Rhinitis Alergi Kronis
2.      Rhinitis Hipertrofi
Dasar yang mendukung : Hidung tersumbat, nyeri kepala dan gangguan tidur. Dasar yang tidak mendukung : pada rinoskopi anterior tidak ditemukan permukaan konka inferior yang berbenjol- benjol.

d.      RENCANA TINDAKAN
FARMAKOLOGI
a.       Antibiotika : Amoxicilin 3x 1
b.      Dekongestan :  Pseudoephedrine HCL
c.       Anti-inflamasi :
 NONFARMAKOLOGI
1.      Bed rest
2.      Diet seimbang : meningkatkan pemakanan tinggi vitamin A,B,C dan E serta makanan tinggi omega-3 ( ikan tuna,walnuts)
3.      Pembedahan : - Pembedahan Radikal Bila pengobatan konservatif gagal, dilakukan terapi radikal, yaitu mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi Caldwell-Luc, sedangkan untuk sinus ethmoid dilakukan ethmoidektomi yang bisa dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dari luar (ekstranasal).Drainase sekret pada sinus frontal dapat dilakukan dalam hidung (intranasal) atau dengan operasi dari luar (ekstra nasal) seperti pada operasi Killian. Drainase sinus sphenoid dilakukan dari dalam hidung (intranasal). - Pembedahan Tidak radikal Akhir-akhir ini dikembangkan metode operasi sinus paranasal dengan menggunkan endoskop yang disebut Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BESF). Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks ostia-meata yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi, sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat lancar kembali melalui ostium alami. Dengan demikian mukosa sinus akan kembali normal.

e.       PROGNOSIS
Ad Vitam             : Bonam
Ad Fungsionam   : Bonam
Ad Sanationam    :Bonam











BAB II
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Sinusitis merupakan inflamasi mukosa sinus paranasalis yang umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Insiden rinosinusitis di Amerika Serikat diperkirakan seebesar 14,1% dari populasi orang dewasa. Kasus rinosinusitis kronik itu sendiri sudah masuk data rumah sakit berjumlah 18 - 22 juta pasien setiap tahunnya dan kira-kira sejumlah 200.000 orang dewasa Amerika menjalankan operasi rinosinusitis pertiap tahunnya juga.
Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang diadakan oleh Binkesmas bekerjasama dengan PERHATI dan bagian THT RSCM mendapatkan data penyakit hidung dari 7 provinsi. Data dari divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari – Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69% diantaranya adalah sinusitis.
B.     Anatomi sinus paranasal
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sphenoid. Sinus para nasal meerupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga didalam tulang. Semua sinus mempunyai muara kedalam rongga hidung. Semua sinus dilapisi oleh epitel saluran pernafasan bersilia yang mengalami modifikasi dan mampu menghasilkan mucus serta secret yang disalurkan kedalam rongga hidung.
Secara embriologik sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sphenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sphenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero superior rongga hidung. Sinus sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu dimeatus media, ada muara –muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit yang dinamakan kompleks osteo-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat dibelakang prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid, dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya da ostium sinus maksila.
C.    Fisiologi sinus paranasal
Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang berpendapat sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuk sebagai akibat pertumbuhan tulang muka. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain:
1.      Sebagai pengatur kondisi udara
2.      Sebagai penahan suhu
3.      Membantu keseimbangan kepala
4.      Membantu resonansi suara
5.      Sebagai peredam perubahan tekanan udara
6.      Membantu produksi mucus















BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Definisi
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu dengan rinitis sehingga sering disebut dengan rinosinusitis. Penyebab utamanyya ialah salesma (common cold) yang merupakan infeksi dari virus selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
B.       Etiologi
Beberapa etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septumatau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma kartagener, dan diluar negeri adalah penyakit fibrosis kistik
C.      Klasifikasi
Tetapi apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut bila terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda-tanda radang akut sudah reda dan perubahan histologik bersifat reversible dan disebut sinusitis kronik,bila oerubahan histologik mukosa sinus sudah irreversible, misalnya sudah berubah menjadi jaringan granulasi atau polipoid. Sebenarnya klasifikasi yang tepat ialah berdasarkan pemeriksaan histopatologik, akan tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.
1.    Sinusitis Akut
Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh infeksi, obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi gigi.
Etiologi
(1) rinitis akut
(2) infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut
(3) infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)
(4) berenang dan menyelam
(5)trauma dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal
(6) barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.
Gejala Subyektif
Gejala sebjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lockal. Gejala sistemik ialah demam dan rasa lesu. Lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang – kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri didaerah sinus yang terkena, serta kadang – kadang dirasakan juga ditempat lain karena nyeri alih (referred pain).
Pada sinusitis maksila nyeri dibawah kelopak mata dan kadang – kadang menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan didepan telinga.
Rasa nyeri pada sinusitis ethmoid di pangkal hidung dan kantus medius. Kadang – kadang dirasakan nyeri di bola mata atau dibelakangnya, dan nyeri akan bertambah bila mata digerakkan. Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal). Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri diseluruh kepala. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks, oksipital, dibelakang bola mata dan didaerah mastoid.
Gejala Obyektif
Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.
Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.

Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi Waters, PA dan lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) ada sinus yang sakit.







Pemeriksaan Mikrobiologi
Sebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari meatus medius atau meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam – macam bakteri yang merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti Pneumococcus, Streptococcus, Stphylococcus dan Haemophylus influeanzae. Selain itu mungkin juga ditemukan virus atau jamur.

Terapi
Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotika selama 10 – 14 hari, meskipun gejala klinik telah hilang. Antibiotika yang diberikan adalah golongan penisilin. Diberikan juga obat dekongestan lokal berupa tetes hidung, untuk memperlancar drainase sinus. Boleh diberikan analgetika untuk menghilangkan rasa nyeri.
Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial; atau bila ada nyeri yang hebat karena ada sekret tertahan oleh sumbatan.

2.   Sinusitis Subakut
Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya (demam, sakit kepala, nyeri tekan) sudah reda. Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di meatus medius atau superior. Pada rinoskopi posterior tampak secret purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi tampak sinus yang sakit suram atau gelap.
Terapinya mula-mula diberikan medikamentosa, bila perlu dibantu dengan tindakan, yaitu diatermi atau pencucian sinus.
Obat-obat yang diberikan berupa antibiotika berspektrum luas, atau yang sesuai dengan tes resistensi kuman, selama 10-14 hari. Juga diberikan obat-obat simtomatis berupa dekongestan local (obat tetes hidung) untuk memperlancar draenase. Obat tetes hidung hanya boleh diberikan untuk waktu yang terbatas (5 sampai 10 hari), karena kalau terlalu lama dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa. Selain itu, dapat diberikan analgetika, antihistamin, dan mukolitik.
Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek (ultra short wave diathermy), sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau belum membaik, maka dilakukan pencucian sinus dan juga pembedahan non radikal, seperti bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) untuk membersihkan daerah Kompleks Ostio Meatal sehingga mukosa sinus kembali normal

3. Sinusitis Kronik
Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan faktor predisposisinya.
Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik. Perubahan mukosa hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi menjadi kronis apabila pengobatan pada sinusitis akut tidak sempurna.  Adanya infeksi akan menyebabkan edema konka, sehingga drenase sekret akan terganggu. Drenase sekret yang terganggu dapat menyebabkan silia rusak dan seterusnya.

Gejala Subyektif
Gejala subyekif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:
·         Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal drip (post nasal drip).
·         Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok.
·         Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba Eustachius.
·         Adanya nyeri/sakit kepala.
·         Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus naso-lakrimalis.
·         Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru, beruoa bronchitis atau bronkietaksis atau asma bronchial, sehingga terjadi penyakit sinobronkitis.
·         Gejala di saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis,`sering terjadi pada anak.

Kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat sekret di nasofaring yang meengganggu pasien. Sekret pasca nasal yang terus-menerus akan mengakibatkan batuk kronik.
Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari dan akan berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus serta adamya stasis vena.

Gejala obyektif
Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.
Pemeriksaan mikrobiologik
Biasanya merupakan infeksi campuran oleh bermacam-macam mikroba, seperti kuman aerob S. aureus, S. viridians, H. Influenzae dan kuman anaerob Peptostreptokokus dan Fusobakterium.

Diagnosis sinusitis kronik
Dibuat berdasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior serta pemeriksaan penunjang berupa transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal, pemeriksaan radiologik, pungsi sinus maksila, sinoskopi sinus maksila, pemeriksaan histopatologik dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinoskopi, pemeriksaan meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan naso-endoskopi dan pemeriksaan CT-scan.

Terapi
Pada sinusitis kronis perlu diberikan terapi antibiotik untuk mengatasi infeksinya dan obat-obatan simtomatis lainnya. Antibiotik diberikan selama sekurang-kurangnya 2 minggu. Selain itu dapat juga dibantu dengan diatermi gelombang pendek selama 10 hari di daerah sinus yang sakit.
Tindakan lain yang dapat dilakukan ialah tindakan untuk membantu memperbaiki drenase dan pembersihan sekret dan sinus yang sakit.  Untuk sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis etmoid, frontal atau sphenoid dilakukan tindakan pencucian Proetz.  Irigasi dan pencucian sinus ini dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila setelah 5-6 kali tidak ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak sekret purulen, berarti mukosa sinus sudah tidak dapat kembali normal (perubahan irreversible), maka perlu dilakukan operasi radikal.
Untuk mengetahui perubahan mukosa masih reversible atau tidak, dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan sinoskopi, yaitu melihat antrum (sinus maksila) secara langsung dengan menggunakan endoskop.


Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium sinus dan kelanjaran klirens dari mukosiliar didalam kompleks osteo meatal (KOM). Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM akan mengalami edema, sehingga mukosa yang saling berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan karena ostium sinus tersumbat. Hal ini menyebabkan timbulnya tekanan negative di dalam rongga sinus terjadinya transudasi. Hal ini juga menyebabkan terjadinya ganguan drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri pathogen.
Bila sumbatan terus berlangsung akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertropi, polipoid, atau pembentukan kista.
Gejala klinis
American Academy of Otolaryngology membagi kategori gejala untuk menegakan rhinosinusitis yaitu gejala mayor dan gejala minor sebagai berikut:
Gejala mayor
Gejala minor
Nyeri atau rasa tertekan pada muka
Sakit kepala
Kebas atau rasa penuh dimuka
Demam
Obstruksi hidung
Halitosis
Secret hidung yang purulen atau post nasal drip
Kelelahan
Hiposmia atau anosmia
Sakit gigi
Demam
Nyeri, rasa tertekan atau rasa penuh ditelinga
Berdasarkan tabel tersebut sinusitis dapat ditegakan bila ditemukan 2 gejala mayor, atau 1 gejala mayor dan 2 gejala minor. Lokasi nyeri pada wajah dapat menunjukan lokasi sinus yang sakit, nyeri di pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri diantara atau dibelakang ke dua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal, pada sinusitis sphenoid nyeri dirasakan di vertex, oksipital, belakang bola mata, dan daerah mastoid.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Saat inspeksi diperhatikan adanya pembengkakan pada muka, pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerah-merahan mungkin menunjukan sinusitis maksila akut,. Pembengkakan di  kelopak mata atas mungkin menunjukan sinusitis frontal akut. Perhatikan pula lokasi nyeri saat dilakukan palpasi.
Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila, etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sphenoid). Pada rhinosinusitis akut tampak pada pemeriksaan fisik mukosa edem dan hiperemis. Pada anak sering ada edem dan hiperemis didaerah kantus medius.
Pemeriksaan penunjang pada sinusitis adalah sebagai berikut:
a.         Pemeriksaan transluminasi
Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram atau gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu sisi wajah, karena akan Nampak perbedaan antara sinus yang sehat dengan sinus yang sakit.
b.         Sinoskopi
Pemeriksaan kedalam sinus maksila menggunakan endoskop. Endoskop dimasukan melalui lubang yang dibuat di meatus inferior atau fossa kanina. Dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan didalam sinus apakah ada secret, polip, jaringan granulasi, massa tumor, keadaan mukosa dan ostiumnya.
c.         Pencitraan
Dengan foto kepala posisi water’s, PA dan lateral, akan terlihat perselubungan atau penebalan mukosa atau air-fluid level pada sinus yang sakit. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus sinusitis



d.        Kultur
Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah pada organisme penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus medius, meatus superior atau aspirasi sinus.
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan menghilangkan penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan.
Pengobatan konservatif terdiri dari :
1.      Istirahat yang cukup dan udara di sekitarnya harus bersih dengan kelembaban yang ideal 45- 55%.
2.      Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu.
3.      Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri.
4.      Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari 5 hari karena dapat terjadi rebound congestion dan rinitis medikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar, dan rasa kering karena atrofi mukosa dan kerusakan silia.
5.      Antihistamin jika pada pasien ada faktor alergi.
6.      Kortikosterioid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang agak parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis media kronika, bronkitis kronis, atau ada komplikasi seperti abses orbita atau komplikasi abses intracranial.
Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (FESS = functional endoscopic sinus surgery). Teknologi balloon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis.
Teknologi ini, sama dengan Balloon Angioplasty untuk jantung, menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan sinus yang normal dan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secara perlahan mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus. Menurut dr Huang metode ini sangat ideal untuk mengatasi masalah pada sinus frontalis.

Komplikasi
Saat ini komplikasi sinusitis jarang terjadi karena adanya antibiotika spektrum luas. Komplikasi sinusitis biasanya terjadi pada sinusitis akut. Timbulnya komplikasi karena terapi yang tidak adekuat atau terlambat. Harus waspada jika ada gejala seperti di bawah ini :
1.      Sakit kepala menyeluruh yang menetap.
2.      Muntah.
3.      Kejang.
4.      Panas tinggi atau menggigil.
5.      Udema atau bertambahnya pembengkakan di daerah dahi atau kelompak mata.
6.      Penglihatan kabur, diplopia, atau sakit di daerah retrobulber yang menetap.
7.      Tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial.
Komplikasi yang dapat ditemukan :
1.      Penyebaran ke arah mata: Pada anak-anak komplikasi yang paling sering ialah ke arah mata sebagai perluasan infeksi dari sinus
2.      Osteomyelitis dan sub-periostal abses: Sering disebabkan oleh sinusitis frontalis kadang-kadang oleh sinusitis maksilaris yang asalnya gigi molar.
3.   Komplikasi ke arah kranial: Meningitis, Abses ekstradural dan subdural, Abses otak dan Trombosis sinus kavernosus.
Prognosis
Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh spontan tanpa pemberian antibiotik. Prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dengan pembedahan dini maka akan mendapatkan hasil yang baik.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOAS OBGYN (Obstetric and Gynecologic)

DIAGNOSA DAN PENATALAKSANAAN OSTEOMIELITIS