Case Report Sinusitis Stase THT KOAS (Laporan Kasus Sinusitis)
BAB I
I.
Anamnesis
IDENTITAS
• Nama : Tn. N
• Umur
: 25 Tahun
• Jenis
Kelamin : Laki-laki
• Alamat : jl. Kemiling
• Pekerjaan
: Swasta
• Agama : Islam
• Suku
: Lampung
II.
Keluhan
A.
Keluhan
utama
Penciuman berbau busuk pada hidung sebelah kanan
B.
Keluhan
tambahan
Nyeri pada pipi sampai depan telinga
III.
Riwayat
A. Riwayat
Penyakit Sekarang
1 tahun yang lalu pasien
mengaku mulai mencium bau busuk dari
hidung sebelah kanan. Batuk, pilek, pusing, bersin-bersin, demam, lendir yang
turun dari tenggorok, nyeri pada pipi, kening dan belakang mata disangkal
6 bulan yang lalu pasien mengalami flu berat disertai demam. Flu berlangsung lebih dari 1
minggu. Ingus yang keluar berwarna bening kadang bercampur kehijauan dan kental
serta tidak ada darah. Mulai dirasa ingus tertelan lewat tenggorok. Tenggorok
dirasa sakit dan sakit menelan. Nyeri pipi sebelah kanan dirasa menjalar sampai
ke depan telinga. Telinga kanan juga dirasa penuh dan berdengung. Pasien merasa
sakit pada pipi dan kepala terutama saat sujud. Bau busuk yang tercium dari
hidung sebelah kanan belum membaik
1 bulan yang
lalu pasien kembali mengalami flu, keluar ingus kental berwarna hijau, berbau
busuk dari hidung sebelah kanan, nyeri pipi yang menjalar hingga telinga makin
sering dirasa
1 minggu yang
lalu pasien berobat ke RS.PBA dengan keluhan hidung sebelah kanannya yang terus
mencium bau busuk. Kemudian pasien diminta untuk menjalani foto sinus
B. Riwayat
Penyakit Dahulu
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun
makanan, Os juga tidak alergi terhadap debu ataupun udara dingin
C. Riwayat
Penyakit Keluarga
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun
makanan, Os juga tidak alergi terhadap debu ataupun udara dingin
D. Riwayat
Kebiasaan
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun
makanan, Os juga tidak alergi terhadap debu ataupun udara dingin
E. Riwayat
Alergi
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun
makanan, Os juga tidak alergi terhadap debu ataupun udara dingin
F. Riwayat
Pengobatan
1 tahun yang lalu Os berobat ke dokter untuk keluhan
penciuman yanng berbau busuk, Os dinyatakan mengalami sinusitis, saat itu
dokter menyarankan untuk operasi namun saat itu Os menolak
IV.
Pemeriksaan
Fisik
Status
Generalis
•
Keadaan umum : Baik
•
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda
Vital
•
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
•
Frekuensi nadi :
86x/menit
•
Frekuensi nafas : 20x/menit
•
Suhu :
36,3 ⁰
C
Kepala : Normochepali
Leher : Tidak ada
pembesaran KGB
Thoraks,
Abdomen, Extremitas : DBN
V.
Status Lokalis Telinga,
Hidung, Tenggorok
Pemeriksaan
telinga
TELINGA
|
||
Kanan
|
Kiri
|
|
Bentuk
Telinga Luar
|
Normotia
|
Normotia
|
Daun
Telinga
|
Normal
|
Normal
|
Retroaurikular
|
Tidak
ada kelainan
|
Tidak
ada kelainan
|
Nyeri
tekan tragus
|
(-)
|
(-)
|
LIANG TELINGA
|
||
Kanan
|
Kiri
|
|
Warna
liang
|
Merah
muda
|
Merah
muda
|
Sekret
|
(-)
|
(-)
|
Serumen
|
(-)
|
(+)
|
Membran Timpani
|
||
Kanan
|
Kiri
|
|
Bentuk
|
Intak
|
Intak
|
Warna
|
Putih
|
Putih
|
Refleks
Cahaya
|
Positif
di jam 5
|
Positif
di jam 7
|
Perforasi
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Kelainan
Lain
|
(-)
|
(-)
|
Uji Pendengaran
Kanan
|
Kiri
|
|
Tes
berbisik
|
6/6
|
6/6
|
Rinne
|
(+)
|
(+)
|
Weber
|
Tidak
ada latelarisasi
|
Tidak
ada latelarisasi
|
Swabach
|
Sama
dengan pemeriksa
|
Sama
dengan pemeriksa
|
Pemeriksaan
Hidung
Hidung
|
||
Kanan
|
Kiri
|
|
Bentuk
Hidung Luar
|
Normal
|
Normal
|
Deformitas
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Nyeri
tekan :
*Dahi
*Pipi
|
Tidak
ada
Ada
|
Tidak
ada
Tidak
ada
|
Krepitasi
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Rhinoskopi
Anterior
|
Kanan
|
Kiri
|
Vestibulum
|
Tenang
|
Tenang
|
Cavum Nasi
|
Lapang
|
Lapang
|
Mukosa
|
Hiperemis (-)
|
Hiperemis (-)
|
Konka Inferior
|
Eutrofi, hiperemis (-)
|
Eutrofi, hiperemis (-)
|
Konka Media
|
Eutrofi, hiperemis (-)
|
Eutrofi, hiperemis (-)
|
Konka Superior
|
Tidak Terlihat
|
Tidak Terlihat
|
Meatus Nasi
|
Normal
|
Normal
|
Sekret
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Septum Deviasi
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Massa
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Kelainan Lain
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Rhinoskopi Posterior
|
Kanan
|
Kiri
|
Choana
|
Normal
|
Normal
|
Mukosa
|
Hiperemis (-)
|
Hiperemis (-)
|
Muara Tuba Eustachius
|
Sulit Dinilai
|
Sulit Dinilai
|
Massa
|
Tidak Ada
|
Tidak Ada
|
Transiluminasi
Sinus
|
Kanan
|
Kiri
|
Sinus
Frontalis
|
Terang
|
Terang
|
Sinus
Etmoidalis
|
Terang
|
Terang
|
Sinus
Sphenoidalis
|
Terang
|
Terang
|
Sinus
Maxillaris
|
Redup
|
Terang
|
a.
Pemeriksaan Tenggorok
Mulut :
Trismus : (-)
Gigi
berlubang : ada, Molar 1 kanan atas
Oral
Hygiene : baik
Faring :
Mukosa : merah muda
Dinding
Faring : normal
Uvula : di tengah
Arkus
Faring : simetris
b. Diagnosa
Sinusitis Dentogen
Sinus Maksilaris
Dasar
: penciuman berbau busuk sebelah kanan,
nyeri pada pipi sebelah kanan menjalar hingga ke depan hidung, ingus tertelan
lewat tenggorok dan gigi molar 1 berlubang
c. DIAGNOSIS BANDING
1. Rhinitis Alergi Kronis
2. Rhinitis Hipertrofi
Dasar yang mendukung : Hidung
tersumbat, nyeri kepala dan gangguan tidur. Dasar yang tidak mendukung : pada
rinoskopi anterior tidak ditemukan permukaan konka inferior yang berbenjol-
benjol.
d. RENCANA TINDAKAN
FARMAKOLOGI
a. Antibiotika : Amoxicilin 3x 1
b. Dekongestan : Pseudoephedrine HCL
c. Anti-inflamasi :
NONFARMAKOLOGI
1. Bed rest
2. Diet seimbang : meningkatkan
pemakanan tinggi vitamin A,B,C dan E serta makanan tinggi omega-3 ( ikan
tuna,walnuts)
3. Pembedahan : - Pembedahan Radikal
Bila pengobatan konservatif gagal, dilakukan terapi radikal, yaitu mengangkat
mukosa yang patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena. Untuk sinus
maksila dilakukan operasi Caldwell-Luc, sedangkan untuk sinus ethmoid dilakukan
ethmoidektomi yang bisa dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dari luar
(ekstranasal).Drainase sekret pada sinus frontal dapat dilakukan dalam hidung
(intranasal) atau dengan operasi dari luar (ekstra nasal) seperti pada operasi
Killian. Drainase sinus sphenoid dilakukan dari dalam hidung (intranasal). -
Pembedahan Tidak radikal Akhir-akhir ini dikembangkan metode operasi sinus
paranasal dengan menggunkan endoskop yang disebut Bedah Sinus Endoskopik
Fungsional (BESF). Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks
ostia-meata yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi, sehingga ventilasi dan
drainase sinus dapat lancar kembali melalui ostium alami. Dengan demikian
mukosa sinus akan kembali normal.
e.
PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
Ad Sanationam :Bonam
BAB
II
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Sinusitis
merupakan inflamasi mukosa sinus paranasalis yang umumnya disertai atau dipicu
oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Insiden rinosinusitis di
Amerika Serikat diperkirakan seebesar 14,1% dari populasi orang dewasa. Kasus
rinosinusitis kronik itu sendiri sudah masuk data rumah sakit berjumlah 18 - 22
juta pasien setiap tahunnya dan kira-kira sejumlah 200.000 orang dewasa Amerika
menjalankan operasi rinosinusitis pertiap tahunnya juga.
Data dari DEPKES RI tahun 2003
menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50
pola penyakit peringkat utama atau sekitar102.817 penderita rawat jalan di
rumah sakit. Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang
diadakan oleh Binkesmas bekerjasama dengan PERHATI dan bagian THT RSCM
mendapatkan data penyakit hidung dari 7 provinsi. Data dari divisi Rinologi
Departemen THT RSCM Januari – Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi
pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69% diantaranya adalah sinusitis.
B.
Anatomi
sinus paranasal
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh
manusia yang sulit dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap
individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu
sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sphenoid. Sinus para nasal
meerupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga
didalam tulang. Semua sinus mempunyai muara kedalam rongga hidung. Semua sinus
dilapisi oleh epitel saluran pernafasan bersilia yang mengalami modifikasi dan
mampu menghasilkan mucus serta secret yang disalurkan kedalam rongga hidung.
Secara embriologik sinus paranasal berasal dari
invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4
bulan, kecuali sinus sphenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid
telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid
anterior pada yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sphenoid
dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero superior rongga
hidung. Sinus sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18
tahun.
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu
dimeatus media, ada muara –muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan
sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit yang dinamakan kompleks
osteo-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat dibelakang prosesus
unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid, dan sel-sel etmoid anterior dengan
ostiumnya da ostium sinus maksila.
C.
Fisiologi
sinus paranasal
Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat
mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang berpendapat sinus paranasal ini
tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuk sebagai akibat pertumbuhan
tulang muka. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal
antara lain:
1. Sebagai
pengatur kondisi udara
2. Sebagai
penahan suhu
3. Membantu
keseimbangan kepala
4. Membantu
resonansi suara
5. Sebagai
peredam perubahan tekanan udara
6. Membantu
produksi mucus
BAB
III
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi sinus
paranasal. Umumnya disertai atau dipicu dengan rinitis sehingga sering disebut
dengan rinosinusitis. Penyebab utamanyya ialah salesma (common cold) yang
merupakan infeksi dari virus selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
B.
Etiologi
Beberapa etiologi dan predisposisi antara lain ISPA
akibat virus, bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada
wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septumatau
hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi
gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma kartagener,
dan diluar negeri adalah penyakit fibrosis kistik
C.
Klasifikasi
Secara klinis sinusitis dapat
dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya berlangsung dari beberapa
hari sampai 4 minggu. Sinusitis subakut bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3
bulan dan sinusitis kronik bila berlangsung lebih dari 3 bulan.
Tetapi apabila dilihat dari
gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut bila terdapat
tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda-tanda radang
akut sudah reda dan perubahan histologik bersifat reversible dan disebut sinusitis kronik,bila oerubahan histologik
mukosa sinus sudah irreversible,
misalnya sudah berubah menjadi jaringan granulasi atau polipoid. Sebenarnya
klasifikasi yang tepat ialah berdasarkan pemeriksaan histopatologik, akan
tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.
1. Sinusitis
Akut
Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh
infeksi, obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan
penyebaran dari infeksi gigi.
Etiologi
Etiologi
(1) rinitis akut
(2) infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut
(3) infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)
(4) berenang dan menyelam
(5)trauma dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal
(6) barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.
Gejala Subyektif
Gejala sebjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lockal. Gejala
sistemik ialah demam dan rasa lesu. Lokal pada hidung terdapat ingus kental
yang kadang – kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan
hidung tersumbat, rasa nyeri didaerah sinus yang terkena, serta kadang – kadang
dirasakan juga ditempat lain karena nyeri alih (referred pain).
Pada sinusitis maksila nyeri dibawah kelopak mata dan kadang – kadang
menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di
dahi dan didepan telinga.
Rasa nyeri pada sinusitis ethmoid di pangkal hidung dan kantus medius.
Kadang – kadang dirasakan nyeri di bola mata atau dibelakangnya, dan nyeri akan
bertambah bila mata digerakkan. Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal).
Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri
diseluruh kepala. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks, oksipital, dibelakang
bola mata dan didaerah mastoid.
Gejala Obyektif
Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata
bawah, pada sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis
ethmoid jarang timbul pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada
sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak
mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior
dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.
Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau
gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang
sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.
Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi Waters, PA dan lateral.
Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) ada sinus yang sakit.
Pemeriksaan Mikrobiologi
Sebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari meatus medius
atau meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam – macam bakteri yang merupakan
flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti Pneumococcus, Streptococcus,
Stphylococcus dan Haemophylus influeanzae. Selain itu mungkin juga ditemukan
virus atau jamur.
Terapi
Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotika selama 10 – 14 hari,
meskipun gejala klinik telah hilang. Antibiotika yang diberikan adalah golongan
penisilin. Diberikan juga obat dekongestan lokal berupa tetes hidung, untuk
memperlancar drainase sinus. Boleh diberikan analgetika untuk menghilangkan
rasa nyeri.
Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah
terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial; atau bila ada nyeri yang hebat
karena ada sekret tertahan oleh sumbatan.
2. Sinusitis Subakut
Gejala
klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya (demam,
sakit kepala, nyeri tekan) sudah reda. Pada rinoskopi anterior tampak
sekret purulen di meatus medius atau superior. Pada rinoskopi posterior tampak
secret purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi tampak sinus yang
sakit suram atau gelap.
Terapinya mula-mula diberikan medikamentosa, bila perlu dibantu dengan
tindakan, yaitu diatermi atau pencucian sinus.
Obat-obat yang diberikan berupa antibiotika berspektrum luas, atau yang
sesuai dengan tes resistensi kuman, selama 10-14 hari. Juga diberikan obat-obat
simtomatis berupa dekongestan local (obat tetes hidung) untuk memperlancar
draenase. Obat tetes hidung hanya boleh diberikan untuk waktu yang terbatas (5
sampai 10 hari), karena kalau terlalu lama dapat menyebabkan rhinitis
medikamentosa. Selain itu, dapat diberikan analgetika, antihistamin, dan
mukolitik.
Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek (ultra short wave diathermy), sebanyak
5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau
belum membaik, maka dilakukan pencucian sinus dan juga pembedahan non radikal,
seperti bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) untuk membersihkan daerah
Kompleks Ostio Meatal sehingga mukosa sinus kembali normal
3. Sinusitis Kronik
Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya
sukar disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor
penyebab dan faktor predisposisinya.
Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan
mukosa hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik.
Perubahan mukosa hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi menjadi
kronis apabila pengobatan pada sinusitis akut tidak sempurna. Adanya infeksi akan menyebabkan edema konka,
sehingga drenase sekret akan terganggu. Drenase sekret yang terganggu dapat
menyebabkan silia rusak dan seterusnya.
Gejala Subyektif
Gejala subyekif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:
·
Gejala hidung dan nasofaring,
berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal drip (post nasal drip).
·
Gejala faring, yaitu rasa tidak
nyaman dan gatal di tenggorok.
·
Gejala telinga, berupa
pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba Eustachius.
·
Adanya nyeri/sakit kepala.
·
Gejala
mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus naso-lakrimalis.
·
Gejala saluran napas berupa batuk
dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru, beruoa bronchitis atau
bronkietaksis atau asma bronchial, sehingga terjadi penyakit sinobronkitis.
·
Gejala di saluran cerna, oleh
karena mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis,`sering terjadi
pada anak.
Kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat sekret di nasofaring yang
meengganggu pasien. Sekret pasca nasal yang terus-menerus akan mengakibatkan
batuk kronik.
Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari dan akan
berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan
pasti, tetapi mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam
rongga hidung dan sinus serta adamya stasis vena.
Gejala obyektif
Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis
akut dan tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat
ditemukan sekret kental purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada
rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke
tenggorok.
Pemeriksaan mikrobiologik
Biasanya merupakan infeksi
campuran oleh bermacam-macam mikroba, seperti kuman aerob S. aureus, S. viridians, H. Influenzae dan kuman anaerob
Peptostreptokokus dan Fusobakterium.
Diagnosis sinusitis kronik
Dibuat berdasarkan anamnesis yang
cermat, pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior serta pemeriksaan
penunjang berupa transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal,
pemeriksaan radiologik, pungsi sinus maksila, sinoskopi sinus maksila, pemeriksaan
histopatologik dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinoskopi,
pemeriksaan meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan naso-endoskopi
dan pemeriksaan CT-scan.
Terapi
Pada sinusitis kronis perlu diberikan terapi antibiotik untuk mengatasi
infeksinya dan obat-obatan simtomatis lainnya. Antibiotik diberikan selama
sekurang-kurangnya 2 minggu. Selain itu dapat juga dibantu dengan diatermi
gelombang pendek selama 10 hari di daerah sinus yang sakit.
Tindakan lain yang dapat dilakukan ialah tindakan untuk membantu
memperbaiki drenase dan pembersihan sekret dan sinus yang sakit. Untuk sinusitis maksila dilakukan pungsi dan
irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis etmoid, frontal atau sphenoid dilakukan
tindakan pencucian Proetz. Irigasi dan
pencucian sinus ini dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila setelah 5-6 kali
tidak ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak sekret purulen, berarti
mukosa sinus sudah tidak dapat kembali normal (perubahan irreversible), maka perlu dilakukan operasi radikal.
Untuk mengetahui perubahan mukosa masih reversible
atau tidak, dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan sinoskopi, yaitu melihat
antrum (sinus maksila) secara langsung dengan menggunakan endoskop.
Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi
ostium sinus dan kelanjaran klirens dari mukosiliar didalam kompleks osteo
meatal (KOM). Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM akan mengalami edema,
sehingga mukosa yang saling berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak
dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan karena ostium sinus tersumbat.
Hal ini menyebabkan timbulnya tekanan negative di dalam rongga sinus terjadinya
transudasi. Hal ini juga menyebabkan terjadinya ganguan drainase dan ventilasi
didalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi
mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya
bakteri pathogen.
Bila sumbatan terus berlangsung akan terjadi
hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob.
Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertropi, polipoid, atau
pembentukan kista.
Gejala
klinis
American
Academy of Otolaryngology membagi kategori
gejala untuk menegakan rhinosinusitis yaitu gejala mayor dan gejala minor
sebagai berikut:
Gejala
mayor
|
Gejala
minor
|
Nyeri atau rasa tertekan pada muka
|
Sakit kepala
|
Kebas atau rasa penuh dimuka
|
Demam
|
Obstruksi hidung
|
Halitosis
|
Secret hidung yang purulen atau post
nasal drip
|
Kelelahan
|
Hiposmia atau anosmia
|
Sakit gigi
|
Demam
|
Nyeri, rasa tertekan atau rasa penuh
ditelinga
|
Berdasarkan
tabel tersebut sinusitis dapat ditegakan bila ditemukan 2 gejala mayor, atau 1
gejala mayor dan 2 gejala minor. Lokasi nyeri pada wajah dapat menunjukan
lokasi sinus yang sakit, nyeri di pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri
diantara atau dibelakang ke dua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di
dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal, pada sinusitis sphenoid
nyeri dirasakan di vertex, oksipital, belakang bola mata, dan daerah mastoid.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Saat inspeksi
diperhatikan adanya pembengkakan pada muka, pembengkakan di pipi sampai kelopak
mata bawah yang berwarna kemerah-merahan mungkin menunjukan sinusitis maksila
akut,. Pembengkakan di kelopak mata atas
mungkin menunjukan sinusitis frontal akut. Perhatikan pula lokasi nyeri saat
dilakukan palpasi.
Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi
anterior dan posterior, pemeriksaan naso endoskopi sangat dianjurkan untuk
diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus
medius (pada sinusitis maksila, etmoid anterior dan frontal) atau di meatus
superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sphenoid). Pada rhinosinusitis
akut tampak pada pemeriksaan fisik mukosa edem dan hiperemis. Pada anak sering
ada edem dan hiperemis didaerah kantus medius.
Pemeriksaan penunjang pada sinusitis
adalah sebagai berikut:
a.
Pemeriksaan
transluminasi
Pada pemeriksaan transluminasi,
sinus yang sakit akan tampak suram atau gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila
sinusitis terjadi pada satu sisi wajah, karena akan Nampak perbedaan antara
sinus yang sehat dengan sinus yang sakit.
b.
Sinoskopi
Pemeriksaan
kedalam sinus maksila menggunakan endoskop. Endoskop dimasukan melalui lubang
yang dibuat di meatus inferior atau fossa kanina. Dengan sinoskopi dapat
dilihat keadaan didalam sinus apakah ada secret, polip, jaringan granulasi,
massa tumor, keadaan mukosa dan ostiumnya.
c.
Pencitraan
Dengan
foto kepala posisi water’s, PA dan lateral, akan terlihat perselubungan atau
penebalan mukosa atau air-fluid level pada sinus yang sakit. CT Scan adalah
pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus sinusitis
d.
Kultur
Karena
pengobatan harus dilakukan dengan mengarah pada organisme penyebab, maka kultur
dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus medius, meatus superior atau
aspirasi sinus.
Penatalaksanaan
Prinsip
pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan menghilangkan
penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan.
Pengobatan
konservatif terdiri dari :
1.
Istirahat yang cukup
dan udara di sekitarnya harus bersih dengan kelembaban yang ideal 45- 55%.
2. Antibiotika
yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu.
3. Analgetika
untuk mengatasi rasa nyeri.
4. Dekongestan
untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari 5 hari karena
dapat terjadi rebound congestion dan rinitis medikamentosa. Selain itu
pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar,
dan rasa kering karena atrofi mukosa dan kerusakan silia.
5. Antihistamin
jika pada pasien ada faktor alergi.
6.
Kortikosterioid dalam
jangka pendek jika ada riwayat alergi yang agak parah.
Pengobatan
operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis media
kronika, bronkitis kronis, atau ada komplikasi seperti abses orbita atau
komplikasi abses intracranial.
Prinsip
operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran saluran sinus paranasalis yaitu
dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan
dengan alat sinoskopi (FESS = functional endoscopic sinus surgery).
Teknologi balloon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis.
Teknologi
ini, sama dengan Balloon Angioplasty untuk jantung, menggunakan kateter
balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran
sinus, memulihkan saluran pembuangan sinus yang normal dan fungsi-fungsinya.
Ketika balon mengembang, ia akan secara perlahan mengubah struktur dan
memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus.
Menurut dr Huang metode ini sangat ideal untuk mengatasi masalah pada sinus
frontalis.
Komplikasi
Saat ini
komplikasi sinusitis jarang terjadi karena adanya antibiotika spektrum luas.
Komplikasi sinusitis biasanya terjadi pada sinusitis akut. Timbulnya komplikasi
karena terapi yang tidak adekuat atau terlambat. Harus waspada jika ada gejala
seperti di bawah ini :
1. Sakit
kepala menyeluruh yang menetap.
2. Muntah.
3. Kejang.
4. Panas
tinggi atau menggigil.
5. Udema
atau bertambahnya pembengkakan di daerah dahi atau kelompak mata.
6. Penglihatan
kabur, diplopia, atau sakit di daerah retrobulber yang menetap.
7. Tanda-tanda
peninggian tekanan intrakranial.
Komplikasi yang dapat ditemukan :
1. Penyebaran
ke arah mata: Pada anak-anak komplikasi yang paling sering ialah ke arah mata
sebagai perluasan infeksi dari sinus
2. Osteomyelitis
dan sub-periostal abses: Sering disebabkan oleh sinusitis frontalis
kadang-kadang oleh sinusitis maksilaris yang asalnya gigi molar.
3. Komplikasi
ke arah kranial: Meningitis, Abses ekstradural dan subdural, Abses otak dan
Trombosis sinus kavernosus.
Prognosis
Prognosis
untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh spontan tanpa
pemberian antibiotik. Prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dengan
pembedahan dini maka akan mendapatkan hasil yang baik.
Komentar
Posting Komentar